Oleh : Agus Taufik Rahman
‘’Demi waktu, sesungguhnya manusia ada dalam kerugian.’’
Dalam Alquran surat Al-Asr ayat 1 dan 2 ini, Allah SWT bersumpah dengan salah satu makhluknya, yaitu waktu. Sumpah Allah ini menandakan bahwa waktu memiliki arti yang sangat penting untuk senantiasa diperhatikan oleh manusia.
Setiap manusia diberi jatah waktu yang sama oleh Allah SWT, selama 24 jam dalam sehari. Namun kesadaran untuk memenfaatkannya tentu saja sangat beragam dan berbeda-beda menyikapinya. Ada yang sigap, biasa-biasa saja tapi ada juga yang cenderung berleha-leha.
Tentu saja, hasil dari etos penyikapannya itu sangat bervariasi pula, terutama dimata Allah SWT. Dalam konteks ini, Allah SWT lebih menilai sebuah proses daripada hasil akhir.
Dalam Alquran, Allh SWT mendefinisikan waktu secara gamblang. Waktu memiliki memiliki arti kehidupam itu sendiri. Sebuah proses menjalani kehidupan untuk menilai siapa yang paling baik amalnya di sisi Allah, sebelum akhirnya kematian menjemputnya.
‘’Dia yang menciptakan hidup dan mati, untuk menguji siapa diantara kamu yang paling baik amalnya dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengasih.’’ (QS Al-Mulk [67]: 2).
Jika saja manusia ingin berpacu dengan waktu, tentu saja hal tersebut tidak akan bisa. Mengapa, karena jumlah pekerjaan dan amalan yang mulia lebih banyak ketimbang waktu yang tersedia. Oleh karenanya, teramat ssayang apabila waktu terbatas yang kita miliki ini dihabiskan secara sia-sia tanpa makna apapun.
Walaupun demikian, kondisi diatas tidak usah menjadikan kita berkecil hati. Kita harus terus mengerahkan seluruh potensi untuk beramal saleh. Minimal, dengan kemampuan kita untuk bissa menjawab beberapa pertanyaan yang akan dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis Shahih Abu Barzah Al-Aslamy. ‘’Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan. Tentang hartanya dari mana dia dapatkan, dan untuk apa dia infakkan. Serta tentang badannya un tuk apa dia kerahkan.’’ (HR Tirmidzi)
‘’Demi waktu, sesungguhnya manusia ada dalam kerugian.’’
Dalam Alquran surat Al-Asr ayat 1 dan 2 ini, Allah SWT bersumpah dengan salah satu makhluknya, yaitu waktu. Sumpah Allah ini menandakan bahwa waktu memiliki arti yang sangat penting untuk senantiasa diperhatikan oleh manusia.
Setiap manusia diberi jatah waktu yang sama oleh Allah SWT, selama 24 jam dalam sehari. Namun kesadaran untuk memenfaatkannya tentu saja sangat beragam dan berbeda-beda menyikapinya. Ada yang sigap, biasa-biasa saja tapi ada juga yang cenderung berleha-leha.
Tentu saja, hasil dari etos penyikapannya itu sangat bervariasi pula, terutama dimata Allah SWT. Dalam konteks ini, Allah SWT lebih menilai sebuah proses daripada hasil akhir.
Dalam Alquran, Allh SWT mendefinisikan waktu secara gamblang. Waktu memiliki memiliki arti kehidupam itu sendiri. Sebuah proses menjalani kehidupan untuk menilai siapa yang paling baik amalnya di sisi Allah, sebelum akhirnya kematian menjemputnya.
‘’Dia yang menciptakan hidup dan mati, untuk menguji siapa diantara kamu yang paling baik amalnya dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengasih.’’ (QS Al-Mulk [67]: 2).
Jika saja manusia ingin berpacu dengan waktu, tentu saja hal tersebut tidak akan bisa. Mengapa, karena jumlah pekerjaan dan amalan yang mulia lebih banyak ketimbang waktu yang tersedia. Oleh karenanya, teramat ssayang apabila waktu terbatas yang kita miliki ini dihabiskan secara sia-sia tanpa makna apapun.
Walaupun demikian, kondisi diatas tidak usah menjadikan kita berkecil hati. Kita harus terus mengerahkan seluruh potensi untuk beramal saleh. Minimal, dengan kemampuan kita untuk bissa menjawab beberapa pertanyaan yang akan dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadis Shahih Abu Barzah Al-Aslamy. ‘’Tidak bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan. Tentang hartanya dari mana dia dapatkan, dan untuk apa dia infakkan. Serta tentang badannya un tuk apa dia kerahkan.’’ (HR Tirmidzi)